Jumat, 25 Mei 2012

about love


Love , cinta, liebe , atau menjadi deretan huruf apa pun ia dan dalam bahasa apa pun, selalu saja indah dan asyik untuk dibicarakan. Iya nggak sih? Bo'ong banget kalo kamu sampe menggelengkan kepala. Bahkan topik inilah yang paling universal untuk dibicarakan atau pun dinikmati. Apalagi untuk remaja-remaji seusia kamu, kayak nggak ada tema lain yang mendominasi pembicaraan selain love and love mulu. Iya apa iya? Moga kamu nggak bosen. Soalnya kami emang pengen kamu jadi remaja cerdas, termasuk dalam memahami dan menyikapi cinta. Setuju kan?
Sobat muda, cinta emang indah dan nikmat untuk dibicarakan atau pun dirasakan. Cinta ternyata ibarat dua sisi mata pisau yang tajam. Bila tak benar menggunakannya bukan tak mungkin kita malah akan terluka karenanya. Seperti kata Kahlil Gibran neh bahwa di balik sayap indah cinta, waspadalah ada terselip sebilah pisau tajam untuk mencabikmu. Ciee…nggak usah bingung bagi kamu yang nggak ngerti dengan bahasa kiasan Bung Gibran ini.
Ketika kamu jatuh cinta, dunia terasa indah dan berbunga-bunga. Kamu jadi rajin ke sekolah, rajin belajar, suka tersenyum, nyapa kiri-kanan, dll. Tapi semua itu akan berubah banget ketika kamu dapetin orang yang kamu cintai dengan tulus ternyata tidak membalas cintamu. Hiks…langit seakan runtuh. Lagu Pupus -nya Dewa 19 didendangkan berulang-ulang. Emang enak bertepuk sebelah tangan? Kamu pun merasa jadi orang paling merana sedunia dan selalu terbayang gimana caranya gantung diri di pohon tomat. Tapi apa iya sih, cinta cuma sebatas itu? 

What is love?
Apa cinta itu? Bila ada sepuluh orang kamu tanya tentang pertanyaan ini, akan ada sepuluh jawaban pula yang bakal disodorkan. Bahkan para filsuf dan pemikir dari jaman baheula hingga jaman kiwari masih pada kebingungan untuk mendefinisikan tentang cinta ini. Bahkan ada yang bilang, cinta tidak untuk didefinisikan karena it's all about feeling (waduh.. ampe segitunya)
Tapi ada satu hal yang kita pasti sepakat, bahwa semua makluk hidup pasti mempunyai cinta. Induk ayam saja rela mengais-ngais tanah demi mendapat seekor cacing demi disuapkannya pada mulut anaknya. Belum lagi kalo kamu berusaha mendekati anak ayam yang masih imut, jangan salahkan bila kamu bakal diterjang sama induknya. Semua itu karena dorongan naluri, rasa cinta.
Apalagi yang namanya manusia, keberadaan naluri mencintai dan dicintai ini sudah built-up diberi dari sononya. Karena rasa ini adalah perwujudan dari naluri mempertahankan jenis atau bahasa kerennya, gharizah nau' . Bisa kamu bayangkan bila seorang suami tidak mencintai istri dan anaknya, maka ia tak akan mau bersusah payah bekerja mencari nafkah. Begitu juga seorang ibu, tanpa cinta tak mau ia merasakan lelahnya mengandung sembilan bulan lamanya, sekitnya melahirkan dengan nyawa sebagai taruhannya, menyusui hingga dua tahun, dan mendidik serta membesarkan anak-anaknya.


Perwujudan cinta
Lalu bagaimana dengan kita? Dengan apa kita harus membalas semua rasa cinta yang pernah, sedang, dan akan terus kita rasakan hingga akhir hayat kita itu? Ada pepatah yang mengatakan kasih ibu sepanjang jalan, kasih anak sepanjang galah. Kamu pasti tahu dong, beda panjang jalan dan galah. Jauh banget kan? Kalau kasih ibu saja sepanjang itu, lalu bagaimana dengan kasih dan cinta TUHAN pada umatnya? Lalu bagaimana lagi dengan kasih dan cinta TUHAN pada kita? Sungguh, seandainya seluruh pohon di bumi ini dijadikan pena dan air laut sebagai tintanya tetap tak bisa melukiskan sedalam dan sejauh apa cinta TUHAN pada kita.
Pernahkah kita merasakan dengan sadar cinta TUHAN dalam setiap tarikan dan hembusan nafas? Dalam setiap langkah yang kita buat, dalam setiap detik waktu yang terlewat, pernahkah itu kita sadari? Semua itu ibarat matahari, yang karena terbiasanya kita dengan sinarnya kita jadi lupa pada jasanya. Bayangkan bila sedetik saja TUHAN menarik pasokan oksigen untuk kita hirup, makhluk seisi dunia bisa kelabakan. Tapi TUHAN begitu sayang dan cinta terhadap kita sehingga tak peduli orang yang durhaka terhadapNya juga diberi pasokan oksigen yang sama dengan mereka yang taat. Meski tentunya ada konsekuensi juga kan? Mereka yang taat jelas tempat kembalinya di akhirat; surga. Begitu pun dengan yang durhaka sudah dintentukan tempatnya; neraka.
Sobat muda hindu , pernah nggak kamu dicintai oleh orang lain yang begitu tulus mencintaimu tanpa pamrih? Apa yang ingin kamu lakukan? Kamu pasti berusaha membalas ketulusannya dan berusaha mencintainya dengan tulus pula. Lalu, bagaimana dengan membalas ketulusan TUHAN  yang sudah begitu mencintai kita tanpa pamrih? Yaitu dengan berusaha menjalankan perintaNya dan menjauhi laranganNya.
BTW, kalo kamu sedang jatuh cinta, apa sih yang akan kamu lakukan demi si dia? Kalo si dia nggak suka liat kamu pakai baju merah, pasti kamu nggak bakal pakai baju itu demi menyenangkan hatinya meski sebetulnya kamu setengah mati suka warna merah. Jika si dia suka banget makan bakso kamu pasti berusaha setengah mati bisa mentraktirnya makan bakso meski kamu lagi kanker alias kantong kering. Kenapa bisa begitu? Karena cinta identik dengan ketaatan. Identik dengan keinginan untuk membahagiakan. Itu pulalah yang ingin kita lakukan bila ingin membalas cinta TUHAN  Wajar dan sangat adil kan?




Angry Birds -  Red Bird